Ahlinya Lambung
Cara Memilih Obat Asam Lambung Berdasarkan Jenis Maagnya
03 October 2019 - 3 menit membacaAda banyak kondisi yang dapat menyebabkan asam
lambung naik. Berbeda penyebab, maka berbeda pula gejala, tingkat keparahan,
dan obat untuk mengatasinya. Ini sebabnya penderita perlu cermat dalam memilih
obat asam lambung yang tepat.
Asam lambung naik dapat terjadi secara akut atau
kronis. Pada kondisi akut, asam lambung naik secara mendadak akibat penyakit
saluran cerna, kebiasaan makan, atau masalah psikis. Sementara pada kondisi
kronis, biasanya terdapat gangguan lain yang menjadi pemicunya.
Tidak semua obat asam lambung bisa mengatasi
keduanya. Simak penjelasannya berikut ini.
Memilih obat asam lambung akut
Kerongkongan dan lambung dibatasi oleh otot-otot yang berfungsi seperti katup. Katup ini seharusnya menutup begitu makanan memasuki lambung. Jika katup tidak menutup sempurna atau terlalu sering terbuka, asam lambung dapat naik menuju kerongkongan.
Kondisi ini biasanya terjadi jika Anda langsung
berbaring setelah makan banyak, makan sebelum tidur, atau mengonsumsi makanan
dan minuman yang dapat melemahkan katup lambung. Anda juga bisa
mengalaminya akibat merokok, obesitas, atau ketika sedang hamil.
Untuk mengatasi gangguan asam lambung akut, Anda
dapat memilih obat antasida. Antasida bekerja dengan menetralisasi asam
lambung. Beberapa jenis obat maag, selain mengandung antasida juga
mengandung simethicone yang berfungsi membantu membuang gas
berlebih dari saluran pencernaan.
Setelah dikonsumsi, antasida akan bereaksi
dengan asam lambung sehingga nyeri dapat berkurang dengan cepat.
Memilih obat asam lambung kronis
Jika sudah menggunakan antasida tapi keluhan
belum membaik atau kondisi lambung terus memburuk, sebaiknya segera mengunjungi
dokter. Dokter biasanya akan meresepkan obat asam lambung yang lebih kuat. Obat
yang diberikan bisa berasal dari jenis H2 receptor
blocker atau proton pump inhibitor (PPI).
Berbeda dari obat asam lambung lainnya, golongan
obat H2 receptor blocker bekerja dengan mekanisme cara
menghambat produksi asam lambung.
Akibatnya, sel-sel lambung tidak lagi mampu
memproduksi asam lambung secara optimal. Produksi asam lambung akhirnya menurun
sehingga keluhan nyeri pun berangsur menghilang.
Memilih obat H2 receptor blocker amatlah
tepat bagi penderita asam lambung kronis. Pasalnya, obat ini bekerja dengan
efektif di dalam saluran pencernaan. H2 receptor blocker tidak
hanya mengurangi nyeri, tapi juga membantu memulihkan luka pada lambung.
Ada empat jenis obat yang termasuk dalam
golongan H2 receptor blocker. Jenis-jenis tersebut yakni
cimetidine, nizatidine, dan yang paling umum dikonsumsi seperti Famotidine dan
Ranitidine. Untuk mendapatkan Ranitidine, Anda butuh resep dokter. Sementara
obat Famotidine pada dosis tertentu bisa dengan mudah ditemukan di apotek
terdekat tanpa resep dokter.
Selain mudah didapatkan, Famotidine juga tergolong aman untuk diminum dan telah terbukti lulus uji klinis Badan POM Indonesia.
Aturan minum obat maag
Setiap jenis obat asam lambung tentu ada aturan
pakainya. Obat antasida untuk maag atau heartburn misalnya,
biasanya diminum setelah makan atau ketika gejala heartburn muncul.
Perhatikan keterangan pada kemasan, obat antasida tertentu harus dikunyah dulu
sebelum ditelan.
Sementara itu, H2 receptor blocker dikonsumsi
dengan cara diminum langsung, baik dalam bentuk tablet, kapsul, ataupun cair.
Sebelum meminumnya, pastikan Anda sudah membaca dan memahami cara mengkonsumsi
dan aturan dosis yang dianjurkan.
Dosis harian H2 receptor blocker adalah 1 butir setiap hari. Dosis maksimumnya
tidak boleh melebihi 2 butir setiap hari, kecuali ada kondisi medis yang
membuat dokter menyarankan demikian.
Obat ini boleh diminum sebelum maupun sesudah
makan. Atau, Anda juga bisa meminumnya sebelum tidur. Perlu waktu selama 30-90
menit hingga obat bekerja, tapi efeknya bisa bertahan lama hingga beberapa jam.
Jika Anda memilih H2 receptor blocker sebagai obat asam lambung, pastikan Anda selalu mengikuti dosis dan aturan minum pada kemasan obat bebas atau ikuti anjuran dokter agar fungsinya lebih optimal. Jangan mengubah dosis ataupun berhenti meminumnya tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
Selalu mengikuti dosis atau anjuran pemakaian yang terdapat pada
label kemasan obat bebas atau mengikuti instruksi dokter agar fungsinya lebih
optimal.
Referensi:
What Is Acid Reflux Disease? https://www.webmd.com/heartburn-gerd/guide/what-is-acid-reflux-disease#1 Diakses pada 27 September 2019.
Which OTC Meds Treat Heartburn? https://www.webmd.com/heartburn-gerd/guide/treating-heartburn-over-counter-medicine Diakses pada 27 September 2019.
Proton Pump Inhibitors (PPIs) Side Effects, List of Names, and Uses. https://www.medicinenet.com/proton-pump_inhibitors/article.htm#what_are_proton_pump_inhibitors_ppis_and_how_do_they_work_mechanism_of_action Diakses pada 27 September 2019.
Proton Pump Inhibitors. https://www.uspharmacist.com/article/proton-pump-inhibitors Diakses pada 27 September 2019.
Proton-pump inhibitors. https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/proton-pump-inhibitors Diakses pada 27 September 2019.
H2 Blockers. https://www.aboutgerd.org/medications/h2-blockers.html Diakses pada 27 September 2019.
H2 Receptor Blockers. https://www.healthline.com/health/gerd/h2-blockers Diakses pada 27 September 2019.
Histamine H2 Antagonist (Oral Route, Injection Route, Intravenous Route). https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/histamine-h2-antagonist-oral-route-injection-route-intravenous-route/proper-use/drg-20068584 Diakses pada 30 September 2019.